PENAJAM - Wacana pembangunan jembatan Penajam Paser
Utara(PPU)-Balikpapan melalui Teluk Balikpapan memang belum terwujud.
Namun, PemkabPPU terus berupaya merealisasikan megaproyek yang ditaksir
menghabiskan Rp 3,4 triliun itu melalui berbagai cara dan kemungkinan.
Mulaidari lobi-lobi ditingkat Pemerintah Pusat sampai berusaha membuka
jaringan internasional bantuan luar negeri.
Bupati PPU Andi Harahap sudah menanyakan rencana pembangunan jembatan ini ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
“Bappenas sudah membuat draf untuk memasukkan rencana pembangunan
jembatan Penajam-Balikpapan itu masuk agenda pembangunan nasional.
Tetapi, kami belum mengetahui kapan secara fisik jembatan penghubung
kedua daerah bisa segera dimulai,” kata Andi Harahap, kemarin.
Lobi-lobi untuk segera mewujudkan pembangunan jembatan regional
Kalimantan itu terus dilakukan. Tidak hanya minta dukungan politis DPR
RI, Bupati juga melakukan lobi-lobi anggaran ke Kementerian Keuangan,
dan mengaktifkan komunikasi dengan investor nasional dan internasional.
“Kalau calon investasi murni dari pengusaha nasional dan internasional
sudah banyak yang datang menawarkan diri,” katanya.
Semula, titik pancang pertama dari sisi PPU ditetapkan di bibir Pantai
Nipahnipah, Kecamatan Penajam menghubung ke Pantai Melawai, Balikpapan
Selatan. Tetapi, setelah dilakukan survei ulang untuk mendapatkan jarak
yang komprehensif dan penghematan biaya, akhirnya disepakati titik awal
baru dari sisi PPU dimulai dari Kayu Api-Tanjung Batu-Balikpapan.
Ketika titik ini masuk kesepakatan antara Pemkab PPU dengan Pemkot
Balikpapan sekarang timbul persoalan baru, menyusul rencana Pertamina
yang segera membangun kilang minyak di kawasan industri Buluminung. Saat
ini, Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi
Bandung (LAPI ITB) sedang melakukan survei lokasi, dan sudah menetapkan
pembangunan kilang minyak Pertamina di Buluminung. Sebelum melakukan
survei, tim LAPI ITB bertemu Sekretaris Kabupaten (Sekkab) PPU Sutiman
untuk membahas rencana pembangunan kilang tersebut.
“Pembangunan kilang minyak Pertamina di Buluminung itu berdampak
positif bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Namun,
dampak lainnya berpengaruh pada rencana pembangunan jembatan, karena
kapal-kapal besar pengangkut minyak akan melintasi kawasan laut Kayu
Api-Tanjung Batu,” kata Sutiman.
Tentu saja, lanjut dia, rekayasa konstruksi jembatan yang sudah dibuat
sekarang ini harus menyesuaikan lagi dengan ketinggian tiang kapal-kapal
besar yang bakal melintas. Apakah nanti harus dibangun jembatan sistem
buka-tutup, Sutiman mengatakan, belum tahu. “Kalau harus buka-tutup
perlu biaya yang sangat besar,” tuturnya.
Secara politik, rencana pembangunan jembatan Penajam-Balikpapan ini
tidak berjalan mulus, karena harus berhadapan dengan pembangunan
Jembatan Pulau Balang oleh Pemprov Kaltim yang sudah dimulai 2006 lalu.
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak tegas menolak wacana pembangunan
jembatan di luar Pulau Balang ini. Kendati akhirnya mendukung dengan
catatan pembangunan jembatan Penajam-Balikpapan harus bersumber dana
murni investor.
Isu pembangunan jembatan Penajam-Balikpapan di luar pembangunan
Jembatan Pulau Balang melalui rute Pantailango-Balikpapan, itu mengemuka
kali pertama saat Penajam Paser Utara dipimpin Bupati H Yusran Aspar
periode 2003-2008. Hingga jabatan Yusran yang kini anggota DPR RI itu
selesai, rencana pembangunan jembatan tersebut belum terwujud. (ari/far)